Usahayang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran udara dan air secara berurutan yang benar adalah. (terutama penanaman pohon angsana) sebagai penetral pencemaran udara. (2) Menjalankan program pengendalian pencemaran yang disebut Program Langit Biru (PLB). Pengolahan limbah secara kimia biasanya digunakan untuk menghilangkan
Land use conversion in to settlements and agricultural land affect rainwater can not be infiltrate directly in to the soil. Cibiru District has large area with slope so that this region has high risk of erosion. Soil and water conservation activity through tree planting methode involving comunity services is startegic effort to overcome potential erosion hazzard and increase soil infiltration. The activity of Community services was held from July-August 2018 in Palasari sub-district which has slope 8-15%. This community services methode used in the form of tree planting workshop and supervision during the manintenance periode. This tree planting program was welcomed enthusiastically by the community. The comunity in Cibiru District is pro active in preservation trees, especially during the dry season. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PENANAMAN POHON SEBAGAI UPAYA MENJAGA CADANGAN AIR TANAH DAN MENCEGAH BAHAYA EROSI DI KECAMATAN CIBIRU Kundang Harisman1, Budy Frasetya2, Adjat Sudrajat3, Suryaman Birnadi4, Maratun Sholeha5 Jurusan Agroteknologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung 1 kundangharisman 2 budyfrasetya 3adjatsudrajat59 4 sbirnadi_6165 5 rmaratun Abstrak Perubahan penggunaan lahan menjadi pemukiman dan lahan pertanian menyebabkan air hujan yang turun tidak dapat langsung meresap ke dalam tanah. Wilayah di Kecamatan Cibiru termasuk wilayah berlereng sehingga potensi erosi di wilayah ini termasuk tinggi. Tindakan konservasi tanah dan air melalui gerakan menanam pohon dengan melibatkan masyarakat merupakan upaya strategis dalam menurunkan bahaya erosi dan mengalirkan air hujan ke dalam tanah melalui proses infiltrasi. Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Juli-Agustus 2018 dipusatkan di Kelurahan Palasari yang memiliki kemiringan lereng 8-15%. Metode pengabdian yang digunakan dalam bentuk pelatihan penanaman pohon dan pendampingan selama masa penanaman dan pemeliharaan. Kegiatan penaman pohon ini disambut antusias oleh masyarakat. Masyarakat pro aktif dalam memelihara pohon terutama pada musim kemarau. Kata kunci aliran permukaan, infiltrasi, konservasi vegetatif, potensi erosi Abstract Land use conversion in to settlements and agricultural land affect rainwater can not be infiltrate directly in to the soil. Cibiru District has large area with slope so that this region has high risk of erosion. Soil and water conservation activity through tree planting methode involving comunity services is startegic effort to overcome potential erosion hazzard and increase soil infiltration. The activity of Community services was held from July-August 2018 in Palasari sub-district which has slope 8-15%. This community services methode used in the form of tree planting workshop and supervision during the manintenance periode. This tree planting program was welcomed enthusiastically by the community. The comunity in Cibiru District is pro active in preservation trees, especially during the dry season. Keywords run off, infiltration, vegetative conservation, community services PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Bandung 2017 Kecamatan Cibiru terdiri dari empat kelurahan yang memiliki luasan daerah sebagai berikut Kelurahan Cisurupan memiliki wilayah terluas 232,43 ha diikuti oleh Kelurahan Palasari 175,09, Kelurahan Pasir Biru 158,72 ha, dan Kelurahan Cipadung 117,97. Hutan sekunder yang ada di wilayah kecamatan Cibiru hanya sekitar 6,7 % dari luasan kecamatan cibiru sedangkan untuk permukiman berkisar 25 % dari luasan kecamatan Cibiru. Persentase permukiman yang lebih besar dapat menyebabkan daya serap air berkurang. Berkurangnya daya serap air di kawasan Kecamatan Cibiru menyebabkan tingkat erosi dan banjir cukup tinggi pada daerah rendah dibawah kecamatan Cibiru. Sehingga persentase bencana alam longsor atau banjir semakin meningkat. Oleh karena itu perlu dilakukan rehabilitasi didaerah dataran tinggi Frasetya, 2015. Kecamatan Cibiru dengan cara Penanaman pohon di daerah kritis diharapkan dengan adanya penghijauan pada kawasan kritis Kecamatan Cibiru dapat mengurangi bencana longsor dan banjir serta berfungsi sebagai daerah penyangga. Penanaman Pohon Sebagai Upaya Menjaga Cadangan Air Tanah Dan Mencegah Bahaya Erosi Di Kecamatan Cibiru 35 Aliran permukaan yang tinggi akibat kerapatan vegetasi rendah meyebabkan kompaksi tanah sehingga proses infiltrasi air hujan ke dalam profil tanah sangat rendah. Dampaknya cadangan air tanah menurun terutama sangat dirasakan pada saat musim kemarau. Permasalah yang umum terjadi di musim kemarau di wilayah Kecamatan Cibiru adalah ketersediaan air bersih terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Kawasan Bandung Utara KBU seperti Kelurahan Cisurupan. Kondisi ini sangat ironis seharusnya daerah-daerah atas masayarakatnya tidak mengalami keterbatasan air bersih di musim kamarau. Upaya penanaman pohon diharapkan dapat mengatasi keterbatasan air tanah pada 5-10 tahun kedepan. Partisipasi masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan di wilayah Kecamatan Cibiru perlu ditingkan dengan memberikan informasi tentang pentingnya menanam pohon sebagai salah satu kegiatan konservasi dan pelatihan pemeliharan tanaman yang telah ditanam oleh masyrakat secara swadaya maupun yang ditanam oleh pemerintah untuk dijaga secara bersama. Komunitas yang dijadikan sasaran pada kegiatan penanaman pohon adalah seluruh masyarakat di Kecamatan Cibiru, namun sebagai percontohan agar pelatihan tepat sasaran dan kemudahan monitoring dipilihlah pasukan Go-Ber yang merupakan tim kebersihan yang berada di setiap kelurahan. Tim Go-Ber direkrut dari masyarakat di sekitar kelurahan-kelurahan yang ada di Kecamatan Cibiru. Tim Go-Ber merupakan target sasaran strategis dikarenakan selain mereka memelihara kebersihan di lingkungan kelurahan masing-masing, keberadaan mereka dapat diberdayakan sebagai garda depan dalam penanaman pohon. Peningkatan keahlian pemeliharaan pohon tim Go-Ber ini selain efektif, mereka selalu siap siaga di lingkungan sehingga diharapkan pemeliharaan tanaman dapat berjalan maksimal. Pelaksanaan kegiatan penanaman pohon ini diaharapkan dapat memotivasi masyarakat di wilayah Kecamatan Cibiru untuk berperan aktif dalam mengurangi dampak kerusakan lingkungan, diantaranya 1. Daerah rawan longsor di daerah Kecamatan Cibiru menjadi hijau kembali dengan adanya penanaman pohon. 2. Cadangan air tanah di dataran tinggi wilayah kecamatan Cibiru meningkat 3. Mengurangi terjadinya longsor dan banjir di daerah dataran rendah Kota Bandung khususnya wilayah Bandung Timur. METODOLOGI PENGABDIAN Strategi yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian ini dibagi kedalam dua tahap yaitu 1. Pelatihan metode konservasi tanah dan air 2. Penanaman dan pemeliharaan pohon 3. Pendampingan pada awal tanam pohon Pelaksanaan pengabdian penanaman pohon ini mengacu pada model desain instruksional Analysis-Desain-Develop-Implement-Evaluate ADDIE. Model ini dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda 1990-an yang merupakan model desain pembelajaran/pelatihan yang berifat generic serta menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastuktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri. Tahapan pada model ADDIE ini menggunakan 5 tahap atau langkah pengembangan Gambar 1. Gambar 1 Model desain instruksional Analysis-Desain-Develop-Implement-Evaluate ADDIE 1. Analisis Analyze Tahap analisis merupakan suatu proses needs assessment analisis kebutuhan, mengindentifikasi masalah kebutuhan dan melakukan analisis tugas task analyze. Hasil yang dihasilkan berupa pemilihan titik daerah Penanaman Pohon Sebagai Upaya Menjaga Cadangan Air Tanah Dan Mencegah Bahaya Erosi Di Kecamatan Cibiru 36 yang membutuhkan penghijauan. Penentuan titik menguunakan Sistem Informasi Geografis SIG. Kegiatan yang dilakukan ialah mengadakan Focus Group Discussion FGD dengan melibatkan pengurus kecamatan dan kelurahan di kecamatan Cibiru, dari hasil diskusi dapat titik daerah yang operlu dilakukan penanaman pohon. 2. Design Design Kegiatan pada tahap ini merancang desain penanaman pada lahan terbatas. Tim pelaksana melakukan observasi wilayah yang terbuka tanpa vegetasi tanaman pelindung dan berpotensi terjadi erosi dan longsor Gambar 2 untuk merancang model penanaman, dari hasil observasi didapat model penaman pohon lahan berlereng dan daerah yang gundul. 3. Pengembangan Development Kegiatan pada tahap ini membangun strategi penanaman dan pemeliharaan pohon yang sudah ditanam agar tetap tumbuh dan terjaga, sehingga pohon tersebut dapat meningkatkan cadagan air dan mengurangi tingkat erosi di wilayah Kecamatan Cibiru. 4. Implementasi Implementation Kegiatan pada tahap ini menerapkan penananman dan pembinaan pada titik-titik daerah yang sudah ditentukan. Sebelum menerapkan, tim pengabdian dan warga melakukan pelatihan dan pembinaanketerkaitan fungsi, pemeliharaan pohon yang sudah ditanam 5. Evaluasi Evaluation Evaluasi dilakukan oleh tim terkait pada wilayah-wilayah yang sudah menjadi titik penanaman pohon. Evaluasi awal tentang penyampaian materi dan praktek penanaman pohon serta memberikan questioner keterkaitan dengan penghijauan pada saat FGD. Demikian pula akan diberikan questioner di akhir kegiatan keterkaitan dampak yang dihasilkan setelah adanya kegiatan pengabdian ini. Selain itu evaluasi dilakukan setelah tim pengabdian melakukan pendampingan pada warga disekitar titik lokasi penanaman pohon. PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan pelatihan dan pemeliharaan pohon di pusatkan di Kelurahan Palasari dan Kelurahan Cisurupan kegiatan ini sangat penting dilakukan dikarenakan sebagaian masyarakat masih beranggapan bahwa tanaman kayu atau pohon pelindung tidak perlu dirawat. Sama halnya dengan tanaman lain, tanaman kayu 1-3 tahun dari pindah tanam memerlukan perawatan terutama di musim kemarau. Kegiatan ini mencakup pemilihan lokasi, metode pemupukan dan strategi pemeliharaan tanaman di musim kemarau untuk meminimalisir penyiraman dengan tetap memperhatikan pertumbuhan tanaman. Kegiatan pelatihan dilaksanakan di ruang serba guna Kelurahan Palasari. Kegiatan pelatihan ini tidak hanya melibatkan Dosen Jurusan Agroteknologi UIN SGD Bandung namun mahasiswa diikutsertakan pada kegiatan ini. Mahasiswa berperan untuk melakukan monitoring kondisi tanaman yang telah ditanam. Pada kegiatan ini diberikan stimulus berupa bibit tanaman keras Gambar 2 yang bermanfaat hasil kayunya seperti Pohon Albasia. Gambar 2 Kegiatan Pelatihan oleh Ketua Tim Ir. Kundang Harisman, Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh kurang lebih 60 orang Gambar 4. Antusiasme masyarakat terlihat dari sesi tanya jawab terkait pemeliharaan, munculnya konflik kepentingan antara petani dengan program penanaman pohon terjadi dikarenakan petani beranggapan bahwa pohon-pohon yang ditanam akan menghalangi sinar matahari dan menggangu produktivitas tanaman yang dibudidayakan. Kondisi ini memerlukan pendampingan untuk memberikan pengertian kepada petani bahwa pohon-pohon Penanaman Pohon Sebagai Upaya Menjaga Cadangan Air Tanah Dan Mencegah Bahaya Erosi Di Kecamatan Cibiru 37 yang ditanam dapat membantu petani menekan kerusakan tanah akibat erosi. Gambar 3 Serah Terima Secara Simbolis Pohon Pelindung Gambar 4 Peserta Menyimak Pemaparan Materi dari Ketua Tim Pengabdi HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Masyarakat dalam Konservasi Tanah dan Air Perubahan penggunaan lahan sebagai bentuk pemanfaatan sumberdaya lahan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kemajuan teknologi di berbagai sektor mendorong lahan-lahan pemanfaatan lahan tidak sesuai dengan kesesuaian lahannya. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kesesuaian lahannya menyebabkan degradasi lahan Arsyad, 2006. Sebagai sumber daya alam untuk pertanian tanah memiliki dua fungsi sebagai tempat tegaknya tanaman dan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman. Menurunnya fungsi ekologi tanah tidak hanya dipengaruhi oleh penggunaan lahan untuk infrastruktur seperti pemukiman, pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial, aktivitas pertanian merupakan salah satu penyumbang rusaknya ekologi tanah. Aktivitas penggunaan lahan yang tidak memperhatikan konservasi tanah dan air telah menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan salah satunya ketidak seimbangan antara hujan dan kemampuan tanah untuk menginfiltrasi hujan yang turun masuk ke dalam matriks tanah. Akibatnya air hujan yang turun akan mengalir di permukaan kemudian secara cepat akan mengisi saluran drainase dan apabila saluran drainase tidak mampu menamung aliran permukaan maka mulailah terbentuk genangan di permukaaan yang sifatnya sementara maupun permanen. Hilangnya vegetasi di Kecamatan Cibiru tidak dapat dihindari karena adanya aktivitas pembangunan pemukiman dan aktivitas budidaya pertanian pada lahan-lahan yang dimiliki warga maupun lahan-lahan yang dimiliki pemerintah Kota Bandung. Hasil survei penentuan lokasi pengabdian menunjukkan bahwa beberapa titik lahan pertanian pada lahan berlereng dibiarkan terbuka padahal hal tersebut dapat menyebabkan erosi. Penanaman tanaman pelindung di areal lahan pertanian masih dianggap sebagai pengganggu sinar matahari masuk ke lahan pertanian. Kegiatan pengabdian yang dilakukan tidak hanya memberikan informasi kepada masyarakat tetapi memberikan contoh bentuk konservasi yang sinergi dengan aktivitas pertanian sehingga konflik kepentingan dengan petani dapat diatasi secara produktif. Hilangnya secara berlebihan lapisan tanah atas karena erosi dapat menyebabkan kesuburan tanah menurun dan biaya produksi pengolahan tanah dan pemupukan meningkat. Program pengabidan ini dapat diterima masyarakat menurut Darmansah et al. 2016 program ini dapat berkelanjutan apabila menjungjung tinggi nilai partisipasi. Penanaman Pohon Sebagai Upaya Menjaga Cadangan Air Tanah Dan Mencegah Bahaya Erosi Di Kecamatan Cibiru 38 Pada saat pelaksanaan program masyarakat sangat antusias untuk melakukan program penanaman pohon dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab Gambar 8. Kegiatan penanaman yang dilakukan masyarakat perlu diberikan pendampingan hal ini dikarenakan tidak semua masyarakat memiliki keterampilan untuk menanam pohon terutama apabila tanaman yang ditanam mengalami kendala seperti kekurangan unsur hara, terkena serangan hama dan penyakit. Kegiatan pendampingan tidak hanya memberikan masukan teori juga menampung kreativitas masyarakat yang secara tidak langsung dapat digunakan sebagai bahan untuk kajian pengembangan untuk mengatasi masalah yang umum dihadapi oleh masyrakat. Kegiatan penanaman merupakan salah satu tindakan konservasi yang termasuk ke dalam konservasi secara vegetatif. Menurut Arsyad, 2006 metode konservasi vegetatif merupakan penggunaan tanaman dan tumbuhan atau bagian tumbuhan atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi jumah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi. Metode vegetatif dalam konservasi tanah meliputi penanaman dalam strip, penggunaan sisa-sisa tanaman, geotekstil, strip penyangga, tanaman penutup tanah, pergiliran tanaman, agroforestry. B. Kendala Penerapan Konservasi Penerapan pemanfaatan lahan dengan menerapkan berbagai metode konservasi dihadapkan pada berbagai kendala diantaranya keterbatasan waktu akibat kesibukan msayarakat kota, ketersediaan halaman, lahan berlereng, ketersediaan air untuk irigasi. Kendala penerapan metode konservasi vegetatif ini dengan penanaman pohon adalah apabila menghadapi musim kemarau peran serta masyarakat untuk menyiram tanaman menjadi kendala. Permasalahannya tidak hanya partispasi masyarakat yang masih rendah untuk memelihara tanaman namun ketersediaan air untuk peniraman juga pada saat musim kaemarau terbatas. Pembuatan embung-embung atau kolam retensi juga bukan tanpa kendala, masyrakat umumnya tidak mau lahannya terpakai untuk menampung air hujan, sehingga solusinya pemanfaatan lahan pemerintah untuk dibangun sebagai kolam retensi. Pembangunan kolam retensi juga perlu perhatian dikarenakan dekat pemukiman faktor keselamatan pembangunan kolam retensi khususnya anak-anak perlu dipertimbangkan sehingga solusi yang dibangun tidak menimbilkan masalah dikemudian hari. UCAPAN TERIMA KASIH Kami ucapkan terima kasih kepada Rektor UIN Sunan Gunung Djati, Ketua LP2M, Ketua Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat yang telah membiayai kegiatan ini melalui skema bantuan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2018. PENUTUP Kesimpulan Kegiatan penanaman pohon sebagai upaya menjaga cadangan air tanah dan menurunkan erosi tanah mendapat respons positif dengan melibatkan masyarakat dan aparatur pemerintahan. Stimulus berupa bantuan bibit diaharapkan dapat diikuti dengan adanya kegiatan swadaya penyediaan bibit tanaman secara mandiri. Saran Penanaman berbagai jenis pohon diharapkan menjadi program masyrakat di tingkat RW sehingga masing-masing wilayah dapat merumuskan kebutuhan bibit sehingga muncul peluang usaha baru untuk menyediakan bibit yang dikelola oleh masyrakat secara mandiri. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 2006. Konsevasi Tanah dan Air 2nd ed.. Bogor IPB Press. Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2017. Kecamatan Cibiru dalam Angka 2017. Bandung Badan Pusat Statistik Kota Bandung. Dariah, A., Nurida, N. L., & Sutono. 2013. Peranan Pembenah Tanah untuk Perbaikan Kualitas Tanah, Peningkatan Penanaman Pohon Sebagai Upaya Menjaga Cadangan Air Tanah Dan Mencegah Bahaya Erosi Di Kecamatan Cibiru 39 Produksi Tanaman Pangan dan Efisiensi Penggunaan Pupuk pada Lahan Kering di Panjalu, Ciamis, Jawa Barat. In D. K. S. Swastika, K. Suradisastra, & B. Hutabarat Eds., Pemanfaatan dan Pendayagunaan Lahan Terlantar Menuju Implementasi Reforma Agraria pp. 104–114. Bogor Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian. Darmansah, A., Nugroho, T., & Supriyono, E. 2016. Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Polikultur Bandeng dan Udang di Desa Karangsong , Indramayu , Jawa Barat Community development through Milk Fish and Prawn Polyculture in Karangsong. Agrokreatif, 2November, 92–99. Frasetya, B. 2015. Kajian Evaluasi Kerusakan Tanah Pada Lahan Kering dengan Bergbagai Penggunaan Lahan untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Subang. Universitas Padjadjaran. Frasetya, B., Setiati, Y., Septianugraha, R., & Muhammad, G. 2018. Pemanfaatan Citra Landsat 8 dan Google Earth untuk Identifikasi Lahan Sawah di Kecamatan Cibiru Kota Bandung. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 73, 428–436. Frasetya, B., Suriadikusumah, A., & Harryanto, R. 2016. Evaluasi Kriteria Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa pada Lahan Kering di Kabupaten Subang. Soilrens, 141, 1–5. Retrieved from ... Sehingga di daerah Sendang Bulus banyak tumbuh pohon-pohon besar, seperti pohon mahoni, pohon trembesi, pohon jati dan lainlain. Keberadaan pohon-pohon besar tersebut merupakan bentuk pencegahan pemanfaatan lahan yang tidak tepat yang menyebabkan degradasi lahan seiring dengan pertumbuhan penduduk serta perkembangan teknologi di berbagai sektor Harisman et al, 2019. ...Dela tiara PutriDi wilayah Ponorogo, Sendang Bulus merupakan salah satu tempat wisata air yang cukup terkenal. Sebagai bagian dari upaya konservasi, Sendang Bulus pertama kali diaplikasikan pada ternak bulus Amyda cartilaginea. Keberadaan wisata air Sendang Bulus dapat menjadi kontribusi bagi pelestarian bulus sekaligus sebagai daya tarik wisata yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, seperti pengamatan bulus, memancing, edukasi ekowisata, wisata budaya, dan fotografi. Dengan menggunakan strategi penawaran supply dan permintaan demand, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya tarik wisata air Sendang Bulus di Desa Pager, Bungkal, Kabupaten Ponorogo. Analisis penawaran didasarkan pada hasil kuesioner dan observasi terhadap sumber daya yang berpotensi menjadi daya tarik wisata, sedangkan analisis permintaan dilakukan dengan mengkaji hasil studi pustaka dan persepsi pengunjung melalui media sosial. Hasil dari penelitian mengungkapkan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan pada beberapa atraksi wisata dan sarana/prasarana pendukung di Sendang Bulus disebabkan oleh kemunculan bulus tergolong sedikit, buruknya kondisi jalan menuju ke objek wisata, dan wahana permainan yang kurang terawat.... The last form of community participation is in the form of energy, namely in tree planting activities. Tree planting activities are one of the conservation actions that are included in vegetative conservation[8]. This tree planting activity was carried out by KOMPEPAR along with all 10 RWs in Darmaraja Village, Darmaraja District, Sumedang Regency. ... Siti FadjarajaniRuli As'ariSiti NurhayatiSiti FadjarajaniThis study aimed to determine an inventory of objects in the Golempang Charm Area of Darmaraja Village, in Darmaraja District, Sumedang Regency, as well as the forms of community participation in the development of these tourist attractions. Descriptive methods were used. This study used observations, questionnaires, interviews, a literature review and documentation analysis as data collection techniques. Households in the area of RW 10 in Darmaraja Village were included in the study and these were selected using random sampling. The results showed that in the tourist attraction Pesona Golempang there was natural scenery from the top of Mount Golempang with an excellent natural panorama, which included the Jatigede Dam; extensive camping grounds; the potential for selfies; and opportunities for paragliding. Meanwhile, the forms of community participation in the development of Pesona Golempang tourist attraction took the form of labor, including for road construction, devotional work and tree-planting, and forms of material participation in road construction activities. Keywords tourism, community participation, Pesona Golempang... Meanwhile, climatologically, trees can lower the temperature so that the air becomes cool, fresh, and comfortable Budiman & Sunan, 2017. In addition, soil and water conservation measures through planting trees by involving the community is a strategic effort to reduce the danger of erosion and drain rainwater into the soil through the infiltration process Harisman et al., 2019. This fact is also supported by the fact that planting trees and protecting trees can cope with flood disasters and create an air that is rich in clean and healthy oxygen Singgih & Adi, 2018. ...Melihat areal dan ruang publik di Desa Sari Harapan yang hanya ditumbuhi oleh tanaman sawit, sehingga menimbulkan kesadaran untuk menginisiasi program penanaman pohon yang terdiri dari 2 dua jenis tanaman yaitu Meranti Shorea acuminata dan Durian Durio zibethinus. Area di sekitar lingkungan di sekitar desa yang terbilang gersang dari keragaman jenis tanaman, karena itu, kegiatan penghijauan ini dirasa sangat penting dilakukan untuk menciptakan lingkungan senyaman mungkin. Kegiatan peduli lingkungan ini dilakukan melalui penanaman pohon kayu dan buah dianggap penting untuk dilakukan dengan mengajak masyarakat sebagai wujud nyata untuk mencintai lingkungannya. Pentingnya tanaman atau tumbuh-tumbuhan hijau bagi kelangsungan hidup manusia dan ekosistem untuk melangsungkan kehidupannya di mana tumbuh-tumbuhan hijau menerima sinar matahari, air H20, dan karbon dioksida C02, dari lingkungan sekitarnya yang kemudian diubah menjadi oksigen O2 dan karbohidrat C6H12O6. Melalui pelaksanaan Program Kerja mahasiswa KKN, masyarakat diajak ikut menanam pohon durian dan meranti melalui koordinasi dengan pihak kantor pemerintah desa, setelah sebelumnya diadakan koordinasi khusus untuk memilih jenis tanaman yang akan ditanam, serta pengadaan bibitnya dari Kebun Bibit Desa yang dapat menjamin jenis bibit yang baik dan berkualitas. Lokasi penanaman juga atas anjuran pemerintah desa yaitu di sekitar kantor desa setempat. Warga desa yang terlibat mengikuti kegiatan ini berjumlah 10 Kepala Keluarga, dengan luas lahan yang ditanami berukuran 50 x 100 Regulation No. 150 Year 2000 on Soil Degradation Control for Production of Biomass is a testament to the seriousness of the government in anticipating and addressing land degradation due to biomass production. In fact, unsustainable intensification can cause soil degradation. Soil degradation parameters may change in accordance with the conditions of the district/city. This study aimed to evaluate the standard criteria of soils degradation on dry land in Subang District. Did having high accuracy and whether the ten parameters are decisive parameters. The research method used was a descriptive survey. Data from the field and then analyzed using discriminant analysis. The results of discriminant analysis for soil degradation standard criteria in Subang District, determining parameters were selected 4 parameters, ie bulk density, sand fraction,electrical conductivity, soil reaction pH with the level of accuracy obtained discriminant function 74,1 % with corelation coeficient 0,866 or 86,6 % and determination coeficient R2 0,75 or 75 %. Keywords Accuracy Discriminant Function, Evaluation Standards Criteria, Parameters DeterminantPemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Polikultur Bandeng dan Udang di Desa KarangsongA DarmansahT NugrohoE SupriyonoDarmansah, A., Nugroho, T., & Supriyono, E. 2016. Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Polikultur Bandeng dan Udang di Desa Karangsong, Indramayu, Jawa Barat Community development through Milk Fish and Prawn Polyculture in Citra Landsat 8 dan Google Earth untuk Identifikasi Lahan Sawah diB FrasetyaY SetiatiR SeptianugrahaG MuhammadFrasetya, B., Setiati, Y., Septianugraha, R., & Muhammad, G. 2018. Pemanfaatan Citra Landsat 8 dan Google Earth untuk Identifikasi Lahan Sawah di Kecamatan Cibiru Kota Bandung. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 73, Kriteria Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa pada Lahan Kering di Kabupaten SubangB FrasetyaA SuriadikusumahR HarryantoFrasetya, B., Suriadikusumah, A., & Harryanto, R. 2016. Evaluasi Kriteria Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa pada Lahan Kering di Kabupaten Subang. Soilrens, 141, 1-5. Retrieved from ew/9266
Pohonbakau memiliki akar-akar yang kuat sehingga mampu mencegah masuknya air laut ke daratan. Penanaman pohon bakau disekitar pantai dapat bermanfaat untuk mencegah pengikisan tanah yang disebabkan oleh gelombang laut atau ombak. Pengikisan tanah oleh gelombang laut disebut dengan abrasi. Oleh karena itu, jawaban yang benar adalah B.
Cukup banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat pencemaran udara, mulai dari mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, hingga menghemat energi. Selain itu, terdapat cara yang cukup mudah dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara yaitu dengan memperbanyak penanaman tumbuhan hijau. Hal ini dikarenakan tumbuhan hijau adalah contoh makhluk hidup yang dapat menyerap gas-gas pencemar udara, salah satunya adalah karbon dioksida . Gas dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan hijau untuk proses fotosintesis. Oleh karena itu, dengan semakin banyak menanam tumbuhan hijau, diharapkan pencemaran gas semakin menurun ditunjang dengan usaha-usaha lain untuk mengurangi pencemaran udara. Dengan demikian, pilihan jawaban yang tepat adalah A.
Pohonangsana menjadi salah satu yang dipilih karena sifatnya yang bisa meneduhkan. Berikut ini informasi tentang pohon angsana. Karena kepekatan warnanya, getah ini seringkali digunakan sebagai bahan pewarna alami. Untuk bagian getah ini, biasanya warga setempat yang memanfaatkannya. Untuk menangani masalah ini, cukup dengan rutin
– Sebagai negara yang terletak tepat di tengah garis khatulistiwa, Indonesia dianugerahi berbagai macam keindahan alam. Mulai dari bervariasinya flora dan fauna, terbentangnya ribuan kepulauan, hingga luasnya hamparan hutan hujan tropis. Namun, dari segala keindahan yang tedapat di negeri ini, tersembunyi pula berbagai ancaman berupa bencana alam. Terlebih, bila musim hujan 2019 sendiri, Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB telah memprediksi bahwa bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor akan banyak terjadi di berbagai wilayah Indonesia pada Januari hingga April, serta pada akhir tahun seiring tibanya musim hujan. Berdasarkan keterangan BNPB seperti yang termaktub pada artikel Rabu 2/1/2019, tanah longsor disebabkan oleh terganggunya kestabilan tanah atau batuan pada sebuah lereng. Adapun beberapa faktor yang membuat tanah tersebut longsor, di antaranya adalah tingginya intensitas hujan, kemiringan tanah yang tidak dibarengi penghijauan, terjadinya pelapukan dan erosi, penebangan liar, dan sistem pertanian yang tidak memperhatikan kestabilan tanah. Sementara itu, banjir bisa disebabkan oleh berkurangnya daerah resapan air dan kurang baiknya saluran pembuangan air di wilayah tertentu. Munthe Lokasi penebangan liar di Desa Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Kamis 10/1/2019. Pelestarian alam Oleh karena itu, untuk menghindari bencana alam tersebut maka diperlukan tindakan preventif yang sesuai, misalnya dengan melaksanakan kegiatan pelestarian alam. Ada banyak cara untuk melakukan pelestarian alam ini, contohnya mulai dari penanaman pohon hingga konservasi alam. Untuk penanaman pohon, ada baiknya memilih jenis pohon yang dapat menyerap air dengan optimal, seperti pohon bambu dan pohon jati. Asal tahu saja, pohon bambu mampu menyerap hingga 90 persen air hujan yang turun. Dengan 90 persen air yang terserap tersebut, secara otomatis akan menjadi sumber air yang bermanfaat di kemudian seperti pohon bambu, pohon jati pun mampu menyerap air hujan dengan baik. Selain itu, kelebihan lainnya dari pohon jati adalah mampu menyimpan sumber air dalam jangka waktu yang lama sehingga akan bermanfaat saat musim kemarau. / KRISTIANTO PURNOMO Pohon bambu raksasa Dendrocalamus giganteus Munro adalah salah satu tanaman koleksi Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Jumat 19/5/2017. Kebun botani yang digagas oleh Prof Reinwardt seorang botanis berkebangsaan Jerman sebagai tempat penelitian ini genap berusia 200 tahun. Selain penanaman pohon, perlu dilakukan juga konservasi lingkungan atau konservasi alam untuk manfaat yang lebih besar. Secara fungsi, konservasi alam berarti adalah suatu manajemen terhadap alam untuk melindungi makhluk hidup pada suatu lingkungan, bisa berupa tanaman maupun binatang. Menyeimbangkan fungsi lingkungan Kegiatan-kegiatan seperti yang di atas baiknya mulai digalakkan demi terciptanya keseimbangan lingkungan. Hal tersebut pula yang saat ini menjadi concern utama dari PT Inalum Persero dengan memberikan kontribusi nyata dalam pelestarian alam. “Program pelestarian lingkungan yang Inalum laksanakan kali ini dilakukan di sekitar Daerah Tangkapan Air DTA Danau Toba,” ungkap Sekretaris Perusahaan Inalum Ricky Gunawan melalui rilis yang terima, Selasa 19/3/2019. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan, lanjut Ricky, adalah penanaman pohon, pembangunan hutan raya, dukungan pengembangan Geopark Kaldera Toba, dan konservasi alam di kawasan wisata Selain itu, Ricky juga mengatakan dipilihnya Danau Toba dalam program pelestarian lingkungan yang Inalum laksanakan. “Danau Toba dipilih sebab di sana adalah sumber utama penyuplai kebutuhan air yang dibutuhkan untuk membangkitkan listrik. Nah, listrik ini dibutuhkan untuk keperluan peleburan aluminium,” jelasnya. Selain Danau Toba, wilayah sepanjang pesisir Pantai Kuala Tanjung juga menjadi objek yang akan dibantu dan menjadi perhatian perusahaan. “Gunanya adalah untuk mencegah abrasi pantai dan rencananya program ini terus dilakukan setiap tahun,” tambah Ricky. Dalam program pelestarian lingkungan ini, Inalum pun turut berkolaborasi dengan Inhutani IV, kelompok-kelompok masyarakat pencinta alam, LSM pecinta alam, TNI, dan Badan Usaha Milik Negara BUMN lainnya. Diharapkan dengan diadakannya program pelestarian lingkungan ini, kawasan sekitar menjadi lebih aman dan stabil dalam menghadapi kemungkinan bencana alam yang datang. Selain itu, diharapkan pula kegiatan ini dapat dilaksanakan di daerah lainnya di seluruh Indonesia.
EditorKhairina. JOMBANG, Ratusan bibit pohon ditanam para pegiat lingkungan hidup dan warga Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (28/11/2018). Ratusan bibit pohon itu ditanam di kawasan rawan longsor di Desa Wonomerto. Desa ini berada di lereng Gunung Anjasmoro dan lokasi yang ditanami bibit
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor berpotensi meningkatkan pencemaran udara terutama di jalan-jalan protokol. Untuk mengurangi semakin tingginya bahan pencemar yang dihasilkan kendaraan bermotor, perlu adanya pohon-pohon yang berfungsi sebagai penyerap dan penjerap bahan pencemar dan debu di udara yang dihasilkan kendaraan bermotor. Tujuan penelitain ini adalah mengetahui peranan tanaman di jalan-jalan protokol Kota Semarang dilihat dari kualitas dan kuantitasnya. Data mengenai jenis tanaman peneduh yang ada di jalan protokol Kota Semarang dihitung dengan metode line intercept. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas udara di Kota Semarang sudah cukup mengkhawatirkan, hal ini dipandang dari kadar CO yang relatif tinggi. Hasil penelitian terhadap jenis tanaman yang ada di jalan protokol Kota Semarang, dapat diketahui jenis tanaman yang ditanam di 5 jalan protokol Kota Semarang berjumlah 29 jenis. Jenis maupun jumlah tanaman yang ada pada masing-masing stasiun penelitian tidak berpengaruh positif terhadap kadar bahan pencemar udara yang ada. Simpulan dari penelitian ini ialah kualitas maupun kuantitas tanaman yang ada pada jalan-jalan protokol lokasi penelitian tidak berpengaruh positif terhadap kadar bahan pencemar udara yang ada. Hal ini dikarenakan jenis dan jumlah tanaman pada masing-masing jalan protokol tidak sesuai dengan tanaman peneduh yang mempunyai fungsi sebagai penjerap dan penyerap polutan increasing number of motor vehicles might potentially increase the air pollution in main roads. To reduce the increasing concentration of pollutants generated by motor vehicles, the trees are planted to absorb the pollutants and the dust in the air. The objective of the research was to understand the role of the plants along the main roads in Semarang City, from point of view of quality and quantity. Data on the kind and density of shedding plants along the main roads of Semarang City was collected using line intercept method. Result showed that the air quality of Semarang City has been worrying in terms of the high concentration of CO. There were 29 kinds of trees planted along 5 main roads in Semarang City. The kind and the number of plants in each station did not influence positively to the concentration of the air pollutants. It was concluded that the quality and the quantity of the plants along the study sites did not positively influence the concentration of the air pollutants. It was presumed that the kind and the number of plants along each ain road in Semarang was not appropriately functioning as the absorbants of the air pollutants. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Biosaintifika 5 1 2013 BiosantifikaBerkala Ilmiah Biologi Tanaman terhadap Pencemaran Udara di Jalan Protokol Kota SemarangThe Role of Plants Against Air Pollution in The Protocol Street of Semarang CityNana Kariada Tri MartutiJurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang, IndonesiaAbstrakPeningkatan jumlah kendaraan bermotor berpotensi meningkatkan pencemaran udara terutama di jalan-jalan protokol. Untuk mengurangi semakin tingginya bahan pencemar yang dihasilkan kendaraan bermotor, perlu adanya pohon-pohon yang berfungsi sebagai penyerap dan penjerap bahan pencemar dan debu di udara yang dihasilkan kendaraan bermotor. Tujuan penelitain ini adalah mengetahui peranan tanaman di jalan-jalan protokol Kota Semarang dilihat dari kualitas dan kuantitasnya. Data mengenai jenis tanaman peneduh yang ada di jalan protokol Kota Semarang dihitung dengan metode line intercept. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas udara di Kota Semarang sudah cukup mengkhawatirkan, hal ini dipandang dari kadar CO yang relatif tinggi. Hasil penelitian terhadap jenis tanaman yang ada di jalan protokol Kota Semarang, dapat diketahui jenis tanaman yang ditanam di 5 jalan protokol Kota Semarang berjumlah 29 jenis. Jenis maupun jumlah tanaman yang ada pada masing-masing stasiun penelitian tidak berpengaruh positif terhadap kadar bahan pencemar udara yang ada. Simpulan dari penelitian ini ialah kualitas maupun kuantitas tanaman yang ada pada jalan-jalan protokol lokasi penelitian tidak berpengaruh positif terhadap kadar bahan pencemar udara yang ada. Hal ini dikarenakan jenis dan jumlah tanaman pada masing-masing jalan protokol tidak sesuai dengan tanaman peneduh yang mempunyai fungsi sebagai penjerap dan penyerap polutan increasing number of motor vehicles might potentially increase the air pollution in main roads. To reduce the increasing concentration of pollutants generated by motor vehicles, the trees are planted to absorb the pollutants and the dust in the air. The objective of the research was to understand the role of the plants along the main roads in Semarang City, from point of view of quality and quantity. Data on the kind and density of shedding plants along the main roads of Semarang City was collected using line intercept method. Result showed that the air quality of Semarang City has been worrying in terms of the high concentration of CO. There were 29 kinds of trees planted along 5 main roads in Semarang City. The kind and the number of plants in each station did not influence positively to the concentration of the air pollutants. It was concluded that the quality and the quantity of the plants along the study sites did not positively influence the concentration of the air pollutants. It was presumed that the kind and the number of plants along each ain road in Semarang was not appropriately functioning as the absorbants of the air pollutants.© 2013 Universitas Negeri SemarangInfo ArtikelSejarah ArtikelDiterima Desember 2013Disetujui Februari 2013Dipublikasikan Maret 2013KeywordsPlantsAir pollutionSemarang City Alamat korespondensi FMIPA UNNES Gd D6 Lt 1 Jln. Raya Sekaran- Gunungpati- Semarang 50299Telp./Fax. 024 8508033; E-mail 2085-191X 37Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 1 2013nya mengetahui peranan tanaman di jalan-jalan protokol Kota Semarang dilihat dari kualitas dan kuantitasnya. Dengan adanya penelitian ini di-harapkan dapat digunakan juga sebagai peman-tau tentang jenis tanaman serta jumlah tanaman yang sesuai dengan kondisi lingkungan peneliti-an. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitain ini adalah untuk mengetahui peranan tanaman di jalan-jalan protokol Kota Semarang dilihat dari kualitas dan udara Semarang dibenarkan Ke-pala Bidang Pengendalian Pencemaran Udara, Limbah Padat dan Bahan Berbahaya serta Bera-cun, BPLH Jawa Tengah, Adiyanto. Hal tersebut merujuk hasil pengukuran kualitas udara yang dilakukan di kawasan padat Semarang. “Pada ka-wasan padat di Jalan Kaligawe, sekitar Terminal Terboyo kadar debu yang diukur menunjukkan 299, 8 per gram nano kubik, padahal ambang batas normalnya 230. Ambang batas itu sesuai KepGub no 8 tahun 2001 terkait kualitas udara di Provinsi Jawa Tengah. Itu artinya kualitas udara di Semarang kotor. Upaya membersihkan kuali-tas udara di Semarang harus terus dilakukan, misalnya dengan mewajibkan menanam pohon dimulai dari lingkungan keluarga. Termasuk pro-gram car free day yang diterapkan setiap sepekan sekali Riani 2011.Vegetasi atau komunitas tumbuhan yang tersedia di alam, merupakan solusi yang paling menjanjikan untuk mengatasi pencemaran udara. Oleh karena itu, melakukan aksi penghijauan ha-rus segera dilakukan agar pencemaran udara ti-dak semakin parah. Semua tumbuhan hijau akan mengubah gas CO2 menjadi O2 melalui proses fontosistesis. Namun selain berhijau daun, pe-milihan jenis tanaman penghijauan seyogyanya juga mempertimbangkan fungsinya sebagai pen-eduh yang dapat memperbaiki iklim mikro, dan juga dapat berfungsi sebagai barrier/penahan ter-hadap penyebaran pulusi udara dari kendaraan. Tanaman peneduh merupakan tanaman yang ditanam sebagai tanaman penghijauan. Adapun tanaman peneduh yang ditanam di pinggir ja-lan raya selain berfungsi sebagai penyerap unsur pencemar secara kimiawi, juga berfungsi sebagai peredam suara baik kualitatif maupun kuantitatif Anatari dan Sundra, 2002. Hal lain yang pent-ing untuk dipertimbangkan dalam memilih jenis tanaman adalah sebagai berikuta. Penahan dan penyaring partikel padat dari udara. Fungsi ini dilakukan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan, sehingga partikel padat di udara akan berkurang. Hal ini terjadi karena partikel padat akan terjerap menempel pada permukaan daun, khusus-PENDAHULUANKota Semarang sebagai pusat pemerinta-han, perindustrian dan perdagangan merupakan kota dengan aktivitas masyarakat yang tinggi. Dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan masyarakat, penggunaan kendaraan bermotor untuk memperlancar aktivitas pun tidak dapat dihindarkan. Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Tengah, jumlah kendaraan bermotor di Kota Semarang pada ta-hun 2009 mencapai unit, yang terdiri atas kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat. Data Oktober 2010, jum-lah tersebut bertambah menjadi unit kendaraan, dengan rincian kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat. Kementerian Lingkungan Hidup menye-butkan, polusi udara dari kendaraan bermo-tor bensin spark ignition engine menyumbang 70 persen karbon monoksida CO, 100 persen plumbum Pb, 60 persen hidrokarbon HC, dan 60 persen oksida nitrogen NOx. Bahkan, beber-apa daerah yang tinggi kepadatan lalu lintasnya menunjukkan bahan pencemar seperti Pb, ozon O, dan CO telah melampaui ambang batas yang ditetapkan dalam PP Nomor 41 Tahun 1999 ten-tang Pengendalian Pencemaran Udara. Supar-woko dan Firdaus 2007 dalam penelitiannya menyampaikan langkah strategis yang dapat di-lakukan untuk memecahkan permasalahan terse-but adalah dengan banyak menciptakan sabuk hijau di jalur-jalur transportasi padat, khususnya jenis pohon/tumbuhan tertentu yangmemiliki kemampuan untuk menyerap cemaran mengurangi semakin tingginya ba-han pencemar yang dihasilkan kendaraan bermo-tor, perlu adanya pohon-pohon yang berfungsi sebagai penyerap dan penjerap bahan pencemar dan debu di udara yang dihasilkan kendaraan bermotor. Pohon sering disebut-sebut sebagai paru-paru kota. Sejumlah pohon berdaun lebar diyakini dapat menjerap bahan-bahan pencemar udara. Sel-sel daun berfungsi menangkap kar-bondioksida dan timbal untuk kemudian diolah dalam sistem fotosintesis. Proses fotosintesis mampu mengubah karbondioksida CO2 yang dikeluarkan dari sistem pernapasan menjadi oksigen yang dibutuhkan paru-paru. Disamping pohon-pohon yang mampu menjerap polutan, tanaman pisang hias, puring, batavia dan bugen-vil juga dapat direkomendasikan untuk elemen taman kota karena toleran dan cukup toleran ter-hadap polutan Nugrahani dan Sukartiningrum 2008.Latar belakang tersebut di atas perlu kira- Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 1 201338nya daun yang berbulu dan permukaannya kasar. Sebagian partikel yang lain akan ter-serap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ngabekti 2004 melaporkan bahwa kebera-daan tanaman peneduh jalan dapat menu-runkan kadar debu TSP dari 448,76 µg/m3 di area tanpa tanaman menjadi 64,11 448,76 µg/m3 di area dengan tanaman. Manfaat lain dari tajuk tanaman adalah menjadikan uda-ra lebih bersih dan sehat karena daun mela-kukan proses fotosintesis. Dengan demikian fungsi ini akan tercapai apabila tajuk daun lebar seperti angsana Pterocarpus indicus, ke-tapang, mahoni Swietenia mahagoni.b. Penyerap dan penjerap partikel Pb. Kenda-raan bermotor merupakan sumber utama Pb yang mencemari udara daerah perkotaan. Tumbuhan mempunyai kemampuan men-jerap dan mengakumulasi zat pencemar. Tumbu-han melalui daunnya dapat menangkap partikel timbal yang diemisikan kandaraan bermotor Hendrasari 2007. Menurut Karliansyah 1999, salah satu cara pemantauan pencemaran udara adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai bioindikator. Kemampuan masing-masing tum-buhan untuk menyesuaikan diri berbeda-beda se-hingga menyebabkan adanya tingkat kepekaan, yaitu sangat peka, peka dan kurang peka. Tingkat kepekaan tumbuhan ini berhubungan dengan ke-mampuannya untuk menyerap dan mengakumu-lasikan logam berat. sehingga tumbuhan adalah bioindikator pencemaran yang baik. Tumbuhan akumulator mempunyai kemampuan untuk men-gakumulasikan unsur tertentu dalam konsentrasi yang tinggi tanpa menimbulkan efek toksik pada tumbuhan Hendrasari 2007. METODEPenelitian dilakukan di jalan-jalan proto-kol Kota Semarang, yang dibagi kedalam 5 seta-siun penelitian. Sedangkan penelitian ini sendiri dilakukan pada bulan Juni-Agustus dalam penelitian ini adalah tanaman peneduh yang ada di jalan protokol Kota Semarang. Dari seluruh jalan protokol di wilayah Kota Semarang tersebut dipilih 5 sampel yang ditentukan sebagai stasiun penelitian, yaitu Setasiun 1 Kalibanteng Bundaran Kaliban-teng; Setasiun 2 Tugu Muda; Setasiun 3 Jalan Brigjen Katamso Depan SMPN 2; Setasiun 4 Jalan Kaligawe Semarang Depan Kantor Suara Merdeka; Setasiun 5 Jalan Setiyabudi Sukun. Penetapan stasiun pengambilan sampel didasar-kan kepada kepadatan populasi yang akan diukur dalam peneli-tian ini adalah diambil data jenis pohon pada masing-masing setasiun penelitian. Disamping itu juga diambil data tentang kualitas udara yang terdiri dari suhu, kelembaban, pencahayaan, ke-bisingan, kecepatan angin, arah angin dominan, Kadar NO2, SO2, TSP debu, Pb, CO, H2S dan NH3 pada masing-masing setasiun penelitian. Peralatan yang digunakan dalam peneliti-an ini adalah meteran. Bahan-bahan yang digu-nakan adalah tumbuh-tumbuhan di lingkungaan setasiun penelitianLangkah-langkah penelitian adalah seb-agai berikut 1 Melakukan observasi lokasi/seta-siun penelitian, 2. Mendata jenis tanaman yang ada di setasiun penelitian, 3 Pengambilan data kualitas udara di jalan-jalan protokol Kota Se-marang, 4 Analisis laboratorium, 5 Pengolahan data mengenai jenis dan densitas tanaman peneduh yang ada di jalan protokol Kota Sema-rang dihitung dengan metode line intercept. Cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 meter, 25 m, 50 m atau 100 m. Dalam peneli-tian ini digunakan garis transek sepanjang 100 m. Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya 10 m. Pengamatan ter-hadap tanaman dilakukan pada segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat jenis dan mengu-kur diameter serta tinggi semua spesies tanaman pada segmen-segmen tersebut. HASIL DAN PEMBAHASANPenelitian yang telah dilakukan tentang kualitas dan kuantitas tanaman yang ada di jalan protokol Kota Semarang, diperoleh hasil sebagai berikutKualitas udara di suatu wilayah menetu-kan banyak sedikitnya jumlah zat pencemar yang akan terserap oleh tumbuhan dalam wilayah ter-sebut. Hasil penelitian diperoleh hasil pengama-tan kualitas udara di setiap setasiun penelitian disajikan pada Tabel 2 dan penelitian menunjukkan bahwa kualitas udara di Kota Semarang sudah cukup 39Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 1 2013Tabel 1. Jenis dan jumlah tanaman peneduh di lima jalan protokol Kota SemarangNo Nama Tanaman Jumlah pada Setasiun1 2 3 4 51 Akasia 1 1 - - -2 Andong - - - - 13 Angsana 70 46 59 2 84 Asam Jawa - 5 - - -5 Asam Landi 3 9 - - -6 Beringin 1 1 - 20 17 Bunga Mentega - - 2 - -8 Bougenvil - - 2 - -9 Cemara 13 23 - - 1210 Cempaka - - 1 - -11 Filicium 2 - - - -12 Glodogan 52 38 8 21 513 Johar 1 - - - -14 Kamboja - - 1 - -15 Kelapa - - - - 116 Kembang Dadap 5 6 - - -17 Kembang Merak - 2 - - -18 Kersen - - 5 - 619 Mahoni 27 1 6 - 220 Mangga - - - - 121 Nangka 1 - - - -22 Pakis - - - - 323 Palem Botol 11 - - - 724 Palem Raja 30 7 - - 1225 Palem Rumpun 19 - - - -26 Petai Cina - 17 3 - -27 Pinus 1 - - - -28 Trembesi - - - 8 -29 War u - - 1 2 -Keterangan Setasiun 1 Kalibanteng Bundaran KalibantengSetasiun 2 Tugu Muda Setasiun 3 Jalan Brigjen Katamso Depan SMPN 2Setasiun 4 Jalan Kaligawe Semarang Depan Kantor Suara MerdekaSetasiun 5 Jalan Setiyabudi Sukunkota metropolitan yang mendapatkan perhatian serius KLH Anonim 2010.Hasil tersebut perlu kiranya mengupaya-kan pengurangan atau meminimalis kandungan bahan pencemar udara yang ada di jalan-jalan protokol Kota Semarang. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan peng-hijauan di ruas-ruas jalan protokol tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusminingrum dan Gunawan 2008 dan Menteri Kehutanan 2004 yang menyampaikan, salah satu strategi yang mengkhawatirkan, hal ini dipandang dari kadar CO yang relatif tinggi. Dari 5 setasiun penelitian, 3 setasiun yaitu Kalibanteng Pemuda dan Setyabudi menunjukkan kadar CO di atas ambang batas yang sudah diten-tukan Pendapat ini sesuai dengan Asis-ten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Emisi Sumber Bergerak KLH, Ade Palguna di Semarang. Kondisi pencermaran di kota Sema-rang sudah parah yang secara angka mencapai 70 sampai 80%. Selain Kota Semarang ada lagi 26 Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 1 201340dapat diterapkan dalam upaya pengendalian pencemaran di ruas jalan yaitu dengan penataan dan penerapan teknologi pereduksi polusi udara dengan penataan land scape di ruas jalan dengan tanaman pereduksi polusi udara. Untuk mem-perbaiki kondisi turus kanan-kiri jalan perlu upaya penanaman dengan jenis tanaman yang mempunyai fungsi antara lain penahan polusi, peneduh jalan, perbaikan iklim mikro dan pena-han longsor jalan. Sukawi Walikota Semarang pada tahun 2008 dalam makalahnya mengata-kan, tanaman dapat berfungsi sebagai pengontrol iklim. Pengontrolan iklim ini, iklim mikro yang diciptakan oleh tanaman mempunyai fungsi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pa-nas/radiasi matahari, kontrol suhu, kontrol an-gin, kontrol kelembaban, dan kontrol peraturan menteri pekerjaan umum nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedo-man penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan telah ditetapkan be-berapa kriteria vegetasi untuk tanaman peneduh jalan sebagai berikutAspek silvikultur meliputi berasal dari biji terseleksi sehat dan bebas penyakit, memiliki per-tumbuhan sempurna baik batang maupun akar, perbandingan bagian pucuk dan akar seimbang, batang tegak dan keras pada bagian pangkal, ta-juk simetris dan padat dan sistim perakaran biologi meliputi tumbuh baik pada tanah padat, sistem perakaran masuk kedalam tanah, tidak merusak konstruksidan bangunan, fase anakan tumbuh cepat, tetapi tumbuh lam-bat pada fasedewasa, ukuran dewasa sesuai ru-ang yang tersedia, batang dan sistem percaban-gan kuat, batang tegak kuat, tidak mudah patah dan tidak berbanir, perawakan dan bentuk tajuk cukup indah, tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap, ukuran dan bentuk ta-juk seimbang dengan tinggi pohon, daun sebaik-nya berukuran sempit nanofill, tidak menggu-gurkan daun, daun tidak mudah rontok karena terpaan angin kencang, saat berbunga/berbuah tidak mengotori jalan, buah berukuran kecil dan tidak bisa dimakan oleh manusia secara lang-sung, sebaiknya tidak berduri atau beracun, mu-dah sembuh bila mengalami luka akibat benturan dan akibat lain, tahan terhadap hama penyakit, tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor dan industry, mampu menyerap dan menjerap ce-maran udara, sedapat mungkin mempunyai nilai ekonomi dan berumur penelitian terhadap jenis dan den-sitas tanaman yang ada di jalan protokol Kota Semarang, dapat diketahui jenis tanaman yang Tabel 2. Hasil pengamatan kualitas udara jalan protokol Kota Semarang NoKualitas UdaraBaku Mutu Stasiunppm ppm 1 2 3 4 51 NO2316 187,2 54,8 215,1 189,4 183,22 SO2632 0,162 0,012 0,082 0,099 0,1413 Debu 230 110 20,8 75 83,3 66,64 Pb 2 0,054 0,021 0,027 0,036 0,0445 CO 15000 20610* 17175* 12022,5 6870 15343*6 H2S 0,02 0,00008 0,000055 0,000046 0,0001 0,000097 NH30,5 0,28 0,18 0,24 0,27 0,16Tabel 3. Data lingkungan di lokasi pengambilan sampelNo Parameter yang diukur Stasiun1234 51 Intensitas cahaya lux 2240 2110 4690 6750 38102 Arah angin 240 220 210 210 1953 Kelembaban % 70 55 44 50 454 Suhu °C 30,6 33,9 35,4 37 36,55 Kecepatan angin m/det 1,2 1 0,7 1,7 0,3 41Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 1 2013ditanam di 5 jalan protokol Kota Semarang ber-jumlah 29 jenis. Pada Wilayah Kalibanteng ter-dapat 15 jenis tanaman peneduh dengan tanaman angsana sebagai tanaman dominan, yaitu 29,5% dari seluruh jenis tanaman lainnya. Jalan Pemu-da terdapat 12 jenis tanaman peneduh dengan tanaman terbanyak adalah angsana, yaitu 29,4% dari jumlah tanaman keseluruhan. Pada Jl. Brig-jen Katamso terdapat 10 jenis tanaman peneduh dengan angsana sebagai tanaman terbanyak yaitu 67%. Sedangkan pada Jalan Kaligawe terdapat 5 jenis dan didominasi oleh jenis tanaman glo-dokan yaitu 39,6% dan Jl. Setiyabudi memiliki 12 jenis tanaman peneduh dengan dominasi ta-naman adalah jenis cemara dan palem raja den-gan nilai masing-masing 20,3%.Keragaman dan jumlah jenis tanaman di masing-masing setasiun 1 ternyata tidak berpen-garuh positif terhadap kadar bahan pencemar di lokasi tersebut. Hal ini dimungkinkan karena jenis tanaman yang ada tidak seimbang serta ti-dak sesuai dengan kadar bahan pencemar yang ada, terutama kadar CO. Tanaman angsana yang mendominasi di wilayah Kalibanteng atau ruas jalan lainnya ternyata mempunyai kemampuan kecil dalam menyerap CO2 11,12 kg/pohon/tahun. Tetapi adanya angsana ini dimungkin-kan mampu sebagai penjerap yang baik untuk Pb, dikarenakan Pb pada lokasi penelitian sangat kecil 0,021 – 0,054 jauh di bawah baku mutu yang ditentukan 2. Hal ini sesuai dengan pen-dapat Inayah 2010 dalam penelitiannya di Kota Tangerang, bahwa Angsana Pterocarpus indicus mampu mengakumulasi Pb pada kisaran µg/g. Kandungan Pb pada daun Angsana hasil penelitian tidak mencapai 1000 ppm µg/g. Hal ini berarti kandungan Pb pada daun Angsa-na belum melampaui ambang batas toksisitasnya terhadap ini berbeda dengan kemampuan ta-naman Trembesi Cassia kenanga 756,59, serta lainnya yang mempu-nyai kemampuan baik dalam menyerap CO2. Adanya pohon atau tanaman menjadi satu-sa-tunya makhluk hidup dan bahkan alat yang da-pat menyerap gas karbondioksida untuk diubah menjadi oksigen Anonim 2009. Seperti dike-tahui, karbondioksida adalah salah satu gas ru-mah kaca yang prosentasenya terbesar di atmos-fer bumi. Yang et al. 2005 dalam penelitiannya di Beijing mengatakan, bahwa adanya pohon/tanaman dapat menghapus 1261,4 ton polutan dari udara. Polutan udara yang paling berkurang adalah PM10 partikulat dengan diameter aero-dinamis lebih kecil dari 10 mm, dengan beban penurunan sebesar 772 ton. Selain itu adanya hutan kota dapat menyimpan Karbon dioksida CO2 dalam bentuk biomassa sebesar ± 0,2 juta ton. Sedangkan Chauhan 2010 dalam peneliti-an yang dilakukan memaparkan, bahwa polusi udara yang dipancarkan oleh kendaraan bermo-tor yang berbahaya akan mempengaruhi kualitas udara ambien dan pigmen pohon. Selain itu perlu dicatat juga adanya polusi tersebut dapat mem-berikan dampak yang merugikan pada kesehatan manusia. Hasil penelitian seperti tersebut di atas dapat diketahu bahwa jenis maupun jumlah ta-naman yang ada pada masing-masing setasiun penelitian tidak berpengaruh positif terhadap kadar bahan pencemar udara yang ada. Hal ini dikarenakan jenis dan jumlah tanaman pada masing-masing jalan protokol tidak sesuai den-gan tanaman peneduh yang mempunyai fungsi sebagai penjerap polutan udara. Untuk itu perlu kiranya adanya penataan kembali terhadap jenis-jenis tanaman peneduh yang ditanam di ruas jalan-jalan protokol Semarang. Sehingga fungsi tanaman sebagai peneduh dan penjerap bahan-bahan pencemar benar-benar dapat maksimal seperti yang diharapkan. SIMPULAN Kualitas maupun kuantitas tanaman yang ada pada jalan-jalan protokol lokasi penelitian tidak berpengaruh positif terhadap kadar bahan pencemar udara yang ada. Hal ini dikarenakan jenis dan jumlah tanaman pada masing-masing jalan protokol tidak sesuai dengan tanaman peneduh yang mempunyai fungsi sebagai penje-rap dan penyerap polutan PUSTAKAAnonim. 2009. Daya Serap Pohon Terhadap Karbondio-ksida. Tunas Hijau, Indonesia, Kids and Young People do Actions for a Better Earth. 2010. Jumlah Kendaraan Bermotor Harus Di-kendalikan. Diunduh dari Pebruari AARJ dan Sundra IK. 2002. Kandungan Ti-mah Hitam Plumbum Pada Tanaman Peneduh Jalan di Kota Denpasar. 15 Maret A. 2010. Tree As Bio-Indicator Of Auto-mobile Pollution In Dehradun CityA Case Study. New York Science Journal 3 6 Jendral Penata Ruang Departemen Peker-jaan Umum. 2008. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Ka-wasan Perkotaan. On line at 54505551/permen05-2008-RTH. [diak-ses tanggal 22 Mei 2011]. Nana Kariada Tri Martuti / Biosaintifika 5 1 201342Hendrasarie N. 2007. Kajian Efektivitas Tanaman dalam Menjerap Kandungan Pb Udara. Jurnal Rekayasa Perencanaan 3 2 2007Inayah SN, Thamzil L dan Etyn Y. 2010. Kandun-gan Pb Pada Daun Angsana Pterocarpus indi-cus dan Rumput Gajah Mini Jalan Protokol Kota Tangerang. Jurnal Valensi 2 1 NW. 1999. Klorofil Daun Angsana Dan Mahoni Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara, Jurnal Lingkungan Dan Pembangunan 19 4 N dan Gunawan. 2008. Polusi Udara Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor di Jalan Perkotaan Pulau Jawa dan Bali. Jurnal Jalan-Jembatan 25 3 Kehutanan. 2004. Tentang Pedoman Penanaman Turus Jalan Na-sional Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Kemenhut, JakartaNgabekti S. 2004. Manfaat tanaman peneduh jalan dalam mempengaruhi lingkungan mikro dan kualitas udara di Kota Semarang. Jurnal Mipa 27 1 P dan Sukartiningrum. 2008. Indeks Tol-eransi Polusi Udara APTI Tanaman taman Median Jalan Kota Surabaya. Jurnal Pertanian Mapeta 10 2 86-92Riani D. 2010. Kotornya Udara Semarang. Suara Merdeka, 16 Januari 2011. Suparwoko dan Firdaus. 2007. Profil Pencemaran Udara Kawasan Perkotaan Yogyakarta Studi Kasus di Kawasan Malioboro, Kridosono, dan UGM Yogyakarta. Jurnal LOGIKA, 4 2 J, McBride J, Jinxing Z dan Zhenyuan S. 2005. The urban forest in Beijing and its role in air pollution reduction. Journal Urban Forestry & Urban Greening 3 65–78. ... Pencemaran udara terjadi jika ambang batas substrat fisik dan kimia dalam lingkungan udara melebihi batas normal dan dapat dideteksi oleh makhluk hidup dapat dihitung dan diukur serta dapat berdampak negatif pada manusia, binatang, dan vegetasi Wahidah & Idrus, 2013. Salah satu upaya strategis yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan pencemaran lingkungan udara, yaitu dengan memperbanyak ruang terbuka hijau di sekitar jalan protokol, khususnya menanam jenis vegetasi atau pohon yang bisa menyerap polusi udara dengan cepat Martuti, 2013;Sukowati, 2012. ...... Pohon tanjung merupakan jenis vegetasi yang memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan karena memiliki kemampuan tinggi dalam beradaptasi terhadap lingkungan dan polusi udara Racmawati et al., 2017. Pohon jenis ini juga telah banyak dijadikan sebagai tanaman pelindung di sekitar jalan utama dan di ruang terbuka hijau, sehingga cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman utama dalam pengembangan hutan kota Ismiyati et al., 2014;Martuti, 2013. ...... Dan masih jenis pohon-pohon yang lain yang mampu menyerap bahan polutan di udara. Oleh karena itu proses reboisasi dan penghijauan merupakan salah satu hal penting untuk menjaga kualitas udara yang baik Berkala et al., 2013. ...... Misalnya penebangan hutan secara liar akan mengakibatkan hilangnya sumber makanan, tempat tinggal dan berlindung bagi beberapa hewan. Bukan itu saja, penebangan hutan juga mengakibatkan naiknya kadar gas karbon dioksida di udara yang menyebabkan gangguan atau perubahan iklim Berkala et al., 2013. ...... The increase in the number of motorized vehicles has the potential to increase air pollution, especially on protocol roads, to reduce the increasing level of pollutants produced by motorized vehicles, it is necessary to have trees that function as absorbents and absorbents of pollutants and dust in the air produced by motorized vehicles [2]. Existenceshade plants can help local people to take shelter on the streets, and reduce the reflection of light trails from surrounding buildings and filter dust, air pollution emitted by vehicles [3]. ... Eka Haryati YulianySarnoLaila HanumEka HaryatiAn increase in the number of motorized vehicles has the potential to increase air pollution, especially on protocol roads, one of which is Particulate matter PM The response of tri-chomes from shade plants to vehicle exhaust gases can be used as environmental biomonitor-ing. The main road in Seberang Ulu II District has a fairly dense mobility in terms of the Vehicle Volume Ratio to Road Capacity VCR. The purpose of this study was to determine the relationship between particulate dust levels and the density of leaf trichomes of shade plants on the protocol road, Seberang Ulu II District, Palembang City. The method in this research is ex post facto with a laboratory approach. Determination of the plot of this study using purpos-ive sampling based on consideration of the circumstances surrounding the study. Plots 1 and 2 are on Jalan A. Yani, Plots 3 and 4 are on DI. Panjahitan Street and Plot 5 as a comparison plot are on Kapten Abdullah Street. The results in this study showed that the highest trichome density values were found in polluted areas.... In urban context, one of the major contributors to the air pollution is transportation. The Ministry of Environment of Indonesia stated that air pollution from gasoline-based motorized vehicle spark ignition engine contributed 70% of carbon monoxide CO, 100% of lead Pb, 60% of hydrocarbons HC, and 60% of nitrogen oxides NOx Martuti, 2013. A study from Soedomo 2001 concluded that the amount of air which has been polluted with emissions from vehicles has a negative impact on human health such as disrupting the respiratory system, damaging the nervous system and digestive problems, causing cancer and various other diseases Harunsyah, 2017. ...Metro City is one of the cities in Lampung Province, Indonesia, which has experienced various infrastructure development which contributed to the decrease of the air quality. Urbanization also causes constant decrease in term of the number of green open green open space plays an important role in maintaining urban air quality. Vegetation tree as the main component of green open space has the ability to absorb and store carbon emission. In Metro city, there is a major green open space that includes numerous large-sized Mahogany trees lining along Nasution Road. The purpose of this study was to estimate the level of air pollution from emissions of the passing-by motorized vehicles, calculate the capacity of carbon sequestration by the Mahogany trees, and determine the potential of the Mahogany trees in improving air quality. Authors collected primary data on the diameter of the tree trunks and the number of passing-by vehicles to estimate the carbon-storing capacity and carbon emission by utilizing allometric equation and emission load analysis. This study concluded that the Mahogany trees could play an important role on storing 74% of expected annual CO2 emission in Metro City. This could be linked to the achievement of the SDGs especially Target In urban context, one of the major contributors to the air pollution is transportation. The Ministry of Environment of Indonesia stated that air pollution from gasoline-based motorized vehicle spark ignition engine contributed 70% of carbon monoxide CO, 100% of lead Pb, 60% of hydrocarbons HC, and 60% of nitrogen oxides NOx Martuti, 2013. A study from Soedomo 2001 concluded that the amount of air which has been polluted with emissions from vehicles has a negative impact on human health such as disrupting the respiratory system, damaging the nervous system and digestive problems, causing cancer and various other diseases Harunsyah, 2017. ...Metro City is one of the cities in Lampung Province, Indonesia, which has experienced various infrastructure development which contributed to the decrease of the air quality. Urbanization also causes constant decrease in term of the number of green open spaces. Yet green open space plays an important role in maintaining urban air quality. Vegetation tree as the main component of green open space has the ability to absorb and store carbon emission. In Metro city, there is a major green open space that includes numerous large-sized Mahogany trees lining along Nasution Road. The purpose of this study was to estimate the level of air pollution from emissions of the passing-by motorized vehicles, calculate the capacity of carbon sequestration by the Mahogany trees, and determine the potential of the Mahogany trees in improving air quality. Authors collected primary data on the diameter of the tree trunks and the number of passing-by vehicles to estimate the carbon-storing capacity and carbon emission by utilizing allometric equation and emission load analysis. This study concluded that the Mahogany trees could play an important role on storing 74% of expected annual CO2 emission in Metro City. This could be linked to the achievement of the SDGs especially Target Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis pohon dan tumbuhan bawah dominan dan menganalisis beberapa kandungan polutan besi Fe, mangan Mn, timbal Pb, dan kadar debu pada daun-daun pohon dan tumbuhan bawah dominan di Taman Cerdas Kota Samarinda. Penelitian tentang kandungan polutan pada daun-daun vegetasi telah dilaporkan oleh Akbari 2020 dan Martuti 2013. Namun penelitian tentang kandungan polutan pada daun-daun pohon di taman kota di Kota Samarinda masih jarang dilaporkan. ...... Peningkatan jumlah kendaraan bermotor berpotensi dalam meningkatkan pencemaran udara, terutama di jalanjalan utama atau jalan yang menjadi pusat keramaian lalu lintas Martuti, 2013. Konstribusi gas buang kendaraan bermotor di DKI Jakarta sebagai sumber penyebab pencemaran udara mencapai 60% Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2012. ... Nurulbaiti Listyendah ZahraFIKRI ABDURRAHMAN HAIDARYASMIN HANUMBetanti RidhosariThe increasing number of vehicles in Jakarta has the potential to increase air pollution, especially on protocol roads. However, during the COVID-19 pandemic, large-scale social restrictions PSBB were imposed in Jakarta, which made work activities and learning processes carried out online. These social restrictions cause a decrease in vehicle activity, including at Universitas Pertamina Areas in Jakarta. The decreasing number of this activity certainly affects the ambient air quality. Therefore, ambient air quality measurements were conducted at Universitas Pertamina Areas during the COVID-19 pandemic. The parameters observed included SO2, NO2, O3, TSP, and NH3. This research showed that during the COVID-19 pandemic, the measured air parameters, namely SO2, NO2, O3, TSP, and met the quality standards based on the Government Regulation of the Republic of Indonesia Number 41 of 1999 concerning air pollution control. Also, NH3 parameters had met the Decree Minister of Environment Number KEP-50/MENLH/11/1996 concerning odor level standards. Keywords COVID-19 Pandemic, Gas, South Jakarta, Air Quality, Particulate ABSTRAK Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Kota Jakarta berpotensi dalam meningkatkan pencemaranudara, terutama di jalan-jalan protokol. Namun, selama pandemi COVID-19 diberlakukan pembatasan sosial berskala besar PSBB di Kota Jakarta yang membuat kegiatan kerja dan proses pembelajaran dilakukan secara daring sehingga aktivitas kendaraan bermotor mengalami penurunan, termasuk di Komplek Universitas Pertamina Jakarta. Penurunan aktivitas ini berpengaruh terhadap kualitas udara ambien. Oleh karena itu dilakukan pengukuran terhadap kualitas udara ambien di Universitas Pertamina selama pandemi COVID-19. Parameter yang diamati meliputi SO2, NO2, O3, TSP, PM2,5, dan NH3. Dari hasil pemantauan dapat disimpulkan bahwa pada saat pandemi, parameter udara yang diukur, yaitu SO2, NO2, O3, TSP, dan PM2,5 memenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara dan parameter NH3 telah memenuhi Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP50/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebauan. Kata kunci Pandemi COVID-19, Gas, Jakarta Selatan, Kualitas Udara, PartikulatSopian GunawanKaryati KaryatiMuhammad SyafrudinSamarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan berbagai aktivitas kehidupan yang dinamis. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang tinggi sebesar 10% setiap tahunnya memiliki potensi menimbulkan pencemaran udara. Tujuan penelitian adalah menganalisis kandungan beberapa polutan logam berat timbal Pb, besi Fe, mangan Mn, dan kadar debu pada daun-daun pohon Angsana Pterocarpus indicus Willd. pada tiga kategori tempat tumbuh berbeda areal bervegetasi, jalan raya, dan areal perumahan di Kota Samarinda. Analisis logam berat dilakukan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom SSA dengan proses destruksi basah. Hasil penelitian menunjukkan kandungan logam berat timbal Pb, besi Fe, dan mangan Mn pada sembilan lokasi dengan tiga kategori berbeda bervariasi. Daun pohon Angsana yang mengandung logam berat Pb 39,62 mg/kg, Fe 317,29 mg/kg, dan Mn 106,97 mg/kg paling tinggi berada pada kategori areal, serta kadar debu sebesar 7,81×10-6 grams /cm2. Informasi tentang kandungan polutan dan kadar debu pada daun pohon Angsana dapat menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan jenis pohon yang akan ditanam pada berbagai tipe tutupan Ari Adha SaputraAchmad GhozaliBerly Gizela Putri PramestiMuhammad Qoirul PurwantoThe physical development of the city of Samarinda that is not in harmony between the existence of Built Space and the distribution of Green Open Space has an impact on changes in the urban microclimate. These changes occur in microclimate elements such as temperature, humidity, intensity of sunlight and wind. If the microclimate element changes, it is feared that a change will occur in a direction that is not in accordance with the comfort of the human body condition. Then it becomes a question in this study, namely how is the relationship between regional temperature and the distribution of green open space in Samarinda City. The targets carried out to achieve the research objectives are to analyze the temperature distribution of the Samarinda City area, analyze the distribution of Samarinda City Green open space, analyze the characteristics of Samarinda City Green open space, and analyze the relationship between regional temperature and the distribution of Samarinda City Green open space. To answer this goal, this research uses interpretation analysis of Landsat 8, Sentinel 2 imagery and statistical analysis in the form of regression analysis. In the sentinel image analysis, the data obtained are the distribution of temperature and the distribution of green open space. Where the minimum temperature is maximum temperature is and the distribution of green open space is obtained. The results of the ANN analysis show that there are 4 categories of green open space distribution data, namely clustered, spread out, uniform, and non-green open space. After the data obtained from the two analyzes, a quantitative analysis was carried out using SPSS programming to obtain the relationship between the Y variable and the X variable. In this analysis, the calculated F value was with a significance level of where the regression model can be used to predict the independent variables in this data. RTH with temperature showed a significant closeness. In the research area, it is stated that green open space has a significant relationship to the regional temperature distribution. In addition, the research findings also show that the ratio of green open space, the distribution of green open space, and the percentage of dense vegetation have an inverse relationship, which means that if green open space increases then the temperature decreases and vice Hidayat KarimAnalyses of the National Disaster Management Agency BNPB states that beside weather and environmental typologies, human activities have a significant role in triggering disasters. Quran Surah Al-Rūm verse 41 has justified this idea, and legitimizes that disasters occur because of people’s lack of awareness and self-motivations to take care of the environment. This article seeks to investigate hadith matn to motivate the action of preserving the nature. This article focuses to find out a qualitative hadith in order to gain an appropriate understanding of hadith fiqh al- ḥadīth. This research is a library research with a content analyses to related documents. In addition, this study applies a simultaneous hadith approach a simultaneous method and understanding of thematic hadith fiqh al-ḥadīth al-mawḍū'i. This paper concludes that the hadith in this question had a quality of hadith ṣaḥīḥ li dzātih and included into mashhūr ḥadīth popular hadith. This hadith provides a significant role to motivate greening for the preservation of nature. Avnish ChauhanThe plant species selected for the study were Ficus religiosa, Mangifera indica, Polyalthia longifolia, Delonix regia. Reduction in chlorophyll 'a', chlorophyll 'b', total chlorophyll content, ascorbic acid, carotenoid, pH, relative water content and APTI was recorded in the leaf samples of all selected trees collected from polluted site when compared with samples from control area. The data obtained were further analyzed by using two-way ANOVA and also obtained significant changes in all these parameters was found in the leaf samples collected from polluted site trees, exposed to automobile exhaust in comparison to control site. There was maximum reduction of chlorophyll 'a' content in the leaves of Ficus religiosa and minimum reduction was in the Mangifera indica, while maximum carotenoid was depleted in Polyalthia longifolia and minimum depleted in Mangifera indica at polluted site as compared to control site. The maximum reduction of ascorbic acid was observed in the leaves of Delonix regia and minimum reduction was observed in the leaves of Polyalthia longifolia. [New York Science Journal 2010; 3688-95]. ISSN 1554 – 0200.Siti Nihayatul InayahThamzil Las Etyn Yunita BustamiTelah dilakukan penelitian untuk mengetahui akumulasi Pb pada daun Angsana Pterocarpus indicus dan rumput Gajah Mini yang terletak dibeberapa jalan protokol Kota Tangerang. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Sembilan lokasi utama Kota Tangerang dan satu di lokasi permukiman. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Maret dan April 2009. Sampel dianalisa menggunakan Spektroskopi Serapan Atom SSA melalui metode destruksi basah. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah kandungan Pb pada daun Angsana – μg/g pada bulan Maret 2009 ; – μg/g pada bulan April 2009 dan rumput Gajah Mini – μg/g pada bulan Maret 2009 ; – μg/g pada bulan April 2009. Secara umum dapat disimpulkan bahwa Pterocarpus indicus dan mampu mengakumulasi Pb pada kisaran μg/g. Kandungan Pb pada daun Angsana dan rumput Gajah Mini hasil penelitian tidak mencapai 1000 ppm μg/g. Hal ini berarti kandungan Pb pada daun Angsana dan rumput Gajah Mini di Kota Tangerang belum melampaui ambang batas toksisitasnya terhadap A RakaJuni AntariI Ketut SundraThis study was aimed to observe the content of led substances Pb in Angsana,s Pterocarpus indicus Willd and Glodogan,s Polyalthia longifolia Bent & Hook. F leaves growing along the busy roads in Denpasar. The study was conducted from November to December 2002. Sample were obtained from five location with busy traffics while another one was from un busy traffics as control. Sample were analysed at Analytic Laboratory, Udayana University using wet digestion method, then were analysed using Atomic Absorbance Spectrofotometer AAS. Result showed that the lead Pb content in Angsana's leave out weighed the Glodogan's leave and Pb content on November exceeded that on December 2002. Overall, analysis of all samples, on November and December 2002, indicated that the Pb content was bellow the standard allowed which was 1000 ppm µg/g.Tree planting has been proposed by the municipal government as a measure to alleviate air pollution in Beijing, the capital of China. This study examines that proposal. It is based on the analyses of satellite images and field surveys to establish the characteristics of current urban forest in the central part of Beijing. The influence of the urban forest on air quality was studied using the Urban Forest Effects Model. The results show that there are million trees in the central part of Beijing. The diameter distribution of the trees is skewed toward small diameters. The urban forest is dominated by a few species. The condition of trees in the central part of Beijing is not ideal; about 29% of trees were classified as being in poor condition. The trees in the central part of Beijing removed tons of pollutants from the air in 2002. The air pollutant that was most reduced was PM10 particulate matters with an aerodynamic diameter smaller than 10 μm, the reduction amounted to 772 tons. The carbon dioxide CO2 stored in biomass form by the urban forest amounted to about million tons. Future research directions to improve our understanding of the role of individual tree species in air pollution reduction are tanaman peneduh jalan dalam mempengaruhi lingkungan mikro dan kualitas udara di Kota SemarangS NgabektiNgabekti S. 2004. Manfaat tanaman peneduh jalan dalam mempengaruhi lingkungan mikro dan kualitas udara di Kota Semarang. Jurnal Mipa 27 1 Efektivitas Tanaman dalam Menjerap Kandungan Pb UdaraN HendrasarieHendrasarie N. 2007. Kajian Efektivitas Tanaman dalam Menjerap Kandungan Pb Udara. Jurnal Rekayasa Perencanaan 3 2 2007Klorofil Daun Angsana Dan Mahoni Sebagai Bioindikator Pencemaran UdaraN W KarliansyahKarliansyah NW. 1999. Klorofil Daun Angsana Dan Mahoni Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara, Jurnal Lingkungan Dan Pembangunan 19 4 Kendaraan Bermotor Harus Dikendalikan . Diunduh dari PebruariAnonimAnonim. 2010. Jumlah Kendaraan Bermotor Harus Dikendalikan. Diunduh dari Pebruari Pedoman Penanaman Turus Jalan Nasional Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan LahanMenteri KehutananMenteri Kehutanan. 2004. Tentang Pedoman Penanaman Turus Jalan Nasional Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Kemenhut, Jakarta
. fqf091602g.pages.dev/194fqf091602g.pages.dev/108fqf091602g.pages.dev/177fqf091602g.pages.dev/194fqf091602g.pages.dev/15fqf091602g.pages.dev/180fqf091602g.pages.dev/257fqf091602g.pages.dev/99fqf091602g.pages.dev/338
penanaman pohon angsana digunakan untuk mencegah pencemaran